Sistem Transportasi Tubuh Manusia
Transportasi
ialah proses pengedaran berbagai zat yang diperlukan ke seluruh tubuh dan
pengambilan zat-zat yang tidak diperlukan untuk dikeluarkan dari tubuh.
Alat transportasi pada manusia terutama adalah darah. Di dalam tubuh darah beredar dengan bantuan alat peredaran darah yaitu jantung dan pembuluh darah.
Selain peredaran darah, pada manusia terdapat juga peredaran limfe (getah bening) dan yang diedarkan melalui pembuluh limfe.
Alat transportasi pada manusia terutama adalah darah. Di dalam tubuh darah beredar dengan bantuan alat peredaran darah yaitu jantung dan pembuluh darah.
Selain peredaran darah, pada manusia terdapat juga peredaran limfe (getah bening) dan yang diedarkan melalui pembuluh limfe.
Pada hewan alat transpornya adalah
cairan tubuh, dan pada hewan tingkat tinggi alat transportasinya adalah darah
dan bagian-bagiannya. Alat peredaran darah adalah jantung dan pembuluh darah.
Gambar 1; Sistem transportasi manusia
KOMPONEN SISTEM TRANSPORTASI TUBUH
1.
Darah
Darah merupakan suatu jaringan
yang kompleks dan disusun atas plasma darah dan sel- sel darah. Di dalam plasma
darah terdapat bermacam- macam zat yang tertahan dalam suspensi atau berada dalam
bentuk larutan.
Bagian-bagian darah
a. Sel-sel darah (bagian yg padat)
Pada umumnya terdapat tiga tipe sel
darah, sel darah merah, sel darah putih dan keeping- keeping darah. Masing- masing sel darah memiliki ciri- ciri
dan fungsi tersendiri.
Sel Darah Merah
Sel darah merah (eritrosit) merupakan komponen
yang paling banyak diantara unsur- unsur pembentuk darah. Eritrosit berfungsi
untuk mengangkut oksigen ke sel- sel seluruh tubuh dan membawa karbon dioksida
ke paru- paru.
Di dalam setiap eritrosit
terdapat suatu zat kimia penting dalam sel yang disebut hemoglobin. Hemoglobin adalah suatu senyawa yang dibentuk dari
unsur besi berisikan zat pewarna yang disebut heme dan protein yang disebut globulin.
Hb memiliki suatu afinitas atau daya ikat terhadap oksigen membentuk
senyawa yang tidak stabil yaitu oksi- hemoglobin.
Pada umumnya didalam darah laki- laki dewasa
terdapat sebanyak 5 juta eritrosit per satu milimeter kubik (1 mm3)
darah 4,5 juta eritrosit di dalam darah wanita dewasa. Eritrosit memiliki
bentuk seperti cakram bikonkaf atau cekung pada kedua sisinya. Eritrosit tidak
memiliki inti dan berukuran sangat kecil atau berdiameter sekitar 7-8 µm.
Eritrosit biasanya berumur 110- 120 hari.
Eritrosit yang sudah tua akan dirombak di dalam limfa dan hati. Di dalam hati,
hemoglobin diubah menjadi zat warna empedu atau bilirubin, sedangkan zat besi
masuk ke dalam sumsum tulang sebagai bahan pembentuk tulang yang baru.
Sel Darah Putih
Sel darah putih atau leukosit merupakan bagian
sel- sel darah yang berfungsi untuk menyerang mikroba patogen, seperti bakteri,
virus dan jamur. Selain itu leukosit juga berfungsi untuk membersihkan sel- sel
yang telah mati atau luruhan dari jaringan tubuh.
Jumlah leukosit lebih sedikit dari jumlah
eritrosit. Dalam kondisi normal, perbandingan leukosit dengan eritrosit alah 1
berbanding 400 atau 600. orang dewasa diperkirakan mengandung leukosit sekitar
4000 sampai 13000 sel per mm3 . leukosit memiliki ciri sebagai sel
yang transparan, tidak memiliki hemoglobin, dan dapat bergerak ameboit. Semua
leukosit memiliki masa hidup sekitar dua minggu.
Leukosit dapat dibedakan atas leukosit granulosit
dan agranulosit. Leukosit granulosit merupakan kelompok leukosit yang memiliki
struktur granula di dalam selnya. Granula tersebut sebenarnya adalah lisosom
yang berisi enzim- enzim pencernaan untuk merusak partikel- partikel yang
ditelan secara fagotositosis. Leukosit granulosit terdiri dari neutrofil,
eosinofil, dan basofil. Leukosit agranulosit merupakan kelompok leukosit tanpa granula. Leukosit agranulosit terdiri
dari limfosit dan monosit.
Keping Darah
Keping darah atau trombosit merupakan bagian darah
yang berukuran paling kecil dan memiliki bentuk bulat atau oval. Jumlah
trombosit di dalam tubuh manusia bekisar antara 200.000 sampai 500.000 sel per
mm3 darah. Trombosit dibuat didalam sumsum tulang khusus yang
disebut megakariosit. Pada umumnya trombosit hanya berumur beberapa jam saja.
Fungsi dari trombosit adalah mekanisme pengentalan atau pembekuan darah apabila
terjadi luka.
b.
Plasma Darah (bagian yg cair)

- Air
- Zat- zat terlarut (Protein- protein penting (albumin dan globulin), karbohidrat, lemak, hormone, garam dan Fibrinogen)
Plasma darah adalah komponen cairan kuning darah, di mana
sel-sel darah dalam keseluruhan darah biasanya akan ditangguhkan. Itu membuat naik sekitar 55% dari total volume
darah. Hal ini sebagian besar air (90%
berdasarkan volume) dan mengandung protein terlarut, glukosa, faktor pembekuan,
mineral, besi, hormon dan karbon dioksida (plasma menjadi media utama untuk
produk ekskretoris transportasi). Plasma darah disiapkan oleh berputar tabung
darah segar dalam sentrifugal sampai sel darah jatuh ke dasar tabung. Plasma
darah kemudian dituangkan atau ditarik keluar. Plasma
darah memiliki kepadatan sekitar 1025 kg/m3, atau 1,025 kg / l.
Darah serum adalah plasma darah tanpa fibrinogen atau
faktor-faktor pembekuan darah lainnya (yaitu, seluruh darah dikurangi baik sel
dan faktor pembekuan). Plasmapheresis
adalah terapi medis yang melibatkan ekstraksi plasma darah, pengobatan, dan
reintegrasi.
Fibrinogen adalah protein yang penting yang terlibat dalam
pembekuan darah. Albumin
dan globulin adalah protein yang membantu dalam regulasi cairan di dalam dan
keluar dari pembuluh darah. Protein yang disebut
globulin gamma bertindak sebagai antibodi dan membantu melindungi tubuh
terhadap zat asing, yang disebut antigen.
Garam hadir dalam plasma termasuk
natrium, kalium, kalsium, magnesium, klorida, dan bikarbonat. Mereka terlibat
dalam banyak fungsi tubuh yang penting seperti kontraksi otot, transmisi impuls
saraf, dan regulasi dari tubuh keseimbangan asam-basa. Zat yang tersisa dalam
plasma termasuk nutrisi, hormon, gas terlarut dan produk-produk limbah yang
diangkut ke dan dari sel-sel tubuh. Bahan ini masuk dan keluar sebagai plasma
darah beredar melalui tubuh.
Fungsi
Darah
Darah mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Mengedarkan sari makanan ke seluruh tubuh
yang dilakukan oleh plasma darah
2. Mengangkut sisa oksidasi dari sel tubuh
untuk dikeluarkan dari tubuh yang dilakukan oleh plasma darah, karbon dioksida
dikeluarkan melalui paru-paru, urea dikeluarkan melalui ginjal
3. Mengedarkan hormon yang dikeluarkan oleh
kelenjar buntu (endokrin) yang dilakukan oleh plasma darah.
4. Mengangkut oksigen ke seluruh tubuh yang
dilakukan oleh sel-sel darah merah
5. Membunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh
yang dilakukan oleh sel darah putih
6.
Menutup luka yang dilakukan oleh keping-keping darah
7.
Menjaga kestabilan suhu tubuh.
Sistem peredaran darah tertutup dan
peredaran darah ganda
Dalam keadaan normal darah ada didalam
pembuluh darah, ujung arteri bersambung dengan kapiler darah dan kapiler darah
bertemu dengan vena terkecil (venula) sehingga darah tetap mengalir dalam
pembuluh darah walaupun terjadi pertukaran zat, hal ini disebut sistem
peredaran darah tertutup.
Peredaran darah ganda pada manusia, terdiri
peredaran darah kecil (pulmonary) yaitu dari jantung menuju paru-paru dan
kembali ke jantung dan peredaran darah besar (sistemik) yaitu dari jantung
menuju seluruh tubuh dan kembali ke jantung. Peredaran ini melewati jantung
sebanyak 2 kali.
2. Pembuluh Darah

Keseluruhan sistem peredaran (sistem kardiovaskuler) terdiri dari arteri,
arteriola, kapiler, venula dan vena. Arteri (kuat dan lentur) membawa darah
dari jantung dan menanggung tekanan darah yang paling tinggi. Kelenturannya
membantu mempertahankan tekanan darah diantara denyut jantung. Arteri yang
lebih kecil dan arteriola memiliki dinding berotot yang menyesuaikan
diameternya untuk meningkatkan atau menurunkan aliran darah ke daerah tertentu.
Kapiler merupakan pembuluh darah yang halus dan berdinding sangat tipis,
yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri (membawa darah dari jantung)
dan vena membawa darah kembali ke jantung). Kapiler memungkinkan oksigen dan
zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme
berpindah dari jaringan ke dalam darah.
Dari kapiler,
darah mengalir ke dalam venula lalu ke dalam vena, yang akan membawa darah
kembali ke jantung. Vena memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya
diameternya lebih besar daripada arteri; sehingga vena mengangkut darah dalam
volume yang sama tetapi dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu
dibawah tekanan.
Ada 3 macam pembuluh darah yaitu: arteri,
vena, dan kapiler (yang merupakan pembuluh darah halus)
Pembuluh Nadi - Tempat Agak ke dalam
- Dinding Pembuluh Tebal, kuat, dan elastis
- Aliran darah Berasal dari jantung
- Denyut terasa
- Katup Hanya disatu
tempat dekat jantung
- Bila ada luka Darah memancar keluar
Pembuluh
Vena
- Dinding Pembuluh Tipis, tidak elastis
- Dekat dengan
permukaan tubuh (tipis kebiru-biruan)
- Aliran darah Menuju jantung
- Denyut tidak terasa
- Katup Disepanjang pembuluh
- Bila ada luka Darah Tidak memancar
3. Jantung
Jantung
manusia dan hewan mamalia terbagi menjadi 4 ruangan yaitu: bilik kanan, bilik
kiri, serambi kanan, serambi kiri. Pada
dasarnya sistem transportasi pada manusia dan hewan adalah sama.
Jantung merupakan suatu organ otot berongga yang terletak di pusat dada.
Bagian kanan dan kiri jantung masing masing memiliki ruang sebelah atas
(atrium) yang mengumpulkan darah dan ruang sebelah bawah (ventrikel) yang
mengeluarkan darah. Agar darah hanya mengalir dalam satu arah, maka ventrikel
memiliki satu katup pada jalan masuk dan satu katup pada jalan keluar.
Fungsi utama jantung adalah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan
membersihkan tubuh dari hasil metabolisme (karbondioksida). Jantung
melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan oksigen
dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam paru-paru, dimana darah akan
mengambil oksigen dan membuang karbondioksida; jantung kemudian mengumpulkan
darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan di seluruh
tubuh.
Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung
mengendur dan terisi darah (disebut diastol) selanjutnya jantung berkontraksi
dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol). Kedua atrium mengendur dan berkontraksi secara
bersamaan, dan kedua ventrikel juga mengendur dan berkontraksi secara
bersamaan.
Darah yang
kehabisan oksigen dan mengandung banyak karbondioksida dari seluruh tubuh
mengalir melalui 2 vena besar (vena cava) menuju ke dalam atrium kanan. Setelah
atrium kanan terisi darah, dia akan mendorong darah ke dalam ventrikel kanan.
Darah dari ventrikel kanan akan dipompa melalui katup pulmoner ke dalam arteri
pulmonalis, menuju ke paru-paru. Darah akan mengalir melalui pembuluh yang
sangat kecil (kapiler) yang mengelilingi kantong udara di paru-paru, menyerap
oksigen dan melepaskan karbondioksida yang selanjutnya dihembuskan.
Darah yang kaya
akan oksigen mengalir di dalam vena pulmonalis menuju ke atrium kiri. Peredaran
darah diantara bagian kanan jantung, paru-paru dan atrium kiri disebut
sirkulasi pulmoner. Darah dalam atrium kiri akan didorong ke dalam ventrikel
kiri, yang selanjutnya akan memompa darah yang kaya akan oksigen ini melewati
katup aorta masuk ke dalam aorta (arteri terbesar dalam tubuh). Darah kaya
oksigen ini disediakan untuk seluruh tubuh, kecuali paru-paru
2.
Getah Bening
Getah Bening
Disamping darah sebagai alat transpor, juga terdapat cairan getah bening. Terbentuknya
cairan ini karena darah keluar melalui dinding kapiler dan melalui ruang
antarsel kemudian masuk ke pembuluh halus yang dinamakan pembuluh getah bening
(limfe).
Sistem getah bening adalah jaringan pada batang getah bening dihubungkan
dengan pembuluh darah getah bening. Sistem ini mengangkut getah bening. Cairan
yang mengandung oksigen, protein, dan nutrisi lain yang terus merembes melalui
dinding tipis pada kapiler ke dalam jaringan tubuh untuk menutrisi mereka.
Beberapa
cairan ini memasuki pembuluh darah getah bening untuk segera kembali ke aliran
darah. Cairan tersebut juga mengangkut zat-zat asing (seperti bakteri), sel
kanker, dan sel mati atau rusak yang kemungkinan hadir di jaringan menuju
pembuluh getah bening. Getah bening
juga mengandung banyak sel darah putih.
Fungsi sistem peredaran
getah bening adalah sebagai berikut.
1.
Untuk sistem pertahanan tubuh.
2.
Mengangkut kembali cairan tubuh, cairan plasma darah,
sel darah putih yang berada di luar pembuluh darah, dan mengangkut lemak dari
usus ke dalam sistem peredaran darah.
Cairan limfa mengandung sel-sel darah
putih yang berfungsi mematikan kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Cairan
ini keluar dari pembuluh darah dan mengisi ruang antarsel sehingga membasahi
seluruh jaringan tubuh. Pembuluh limfa mempunyai banyak katup dan terdapat pada
semua jaringan tubuh, kecuali pada sistem saraf pusat.
Pembuluh limfa dibedakan menjadi dua macam
yaitu pembuluh limfa kanan dan pembuluh limfa kiri. Pembuluh limfa kanan
berfungsi menampung cairan limfa yang berasal dari daerah kepala, leher bagian
kanan, dada kanan, dan lengan kanan. Pembuluh ini bermuara pada vena yang
berada di bawah selangka kanan. Pembuluh limfa kiri berfungsi menampung getah
bening yang berasal dari daerah kepala, leher kiri, dada kiri, dan lengan kiri
serta tubuh bagian bawah. Pembuluh ini bermuara pada vena di bawah selangka
kiri.
Kelenjar limfa berfungsi untuk
menghasilkan sel darah putih dan menjaga agar tidak terjadi infeksi lebih
lanjut. Kelenjar limfa terdapat di sepanjang pembuluh limfa, terutama terdapat
pada pangkal paha, ketiak, dan leher. Alat tubuh yang mempunyai fungsi yang
sama dengan kelenjar limfa yaitu limpa dan tonsil. Limpa merupakan sebuah
kelenjar yang terletak di belakang lambung dan berwarna ungu.
Semua bahan diangkut oleh getah bening melalui setidaknya satu batang getah bening, dimana zat-zat asing bisa disaring keluar dan dihancurkan sebelum cairan kembali ke aliran darah. Pada batang getah bening, sel darah putih bisa berkumpul, berinteraksi satu sama lain dan antigen, dan menghasilkan reaksi kekebalan terhadap zat-zat asing. Batang getah bening mengandung penghubung pada jaringan dimana limfosit dikemas dengan ketat. Mikroorganisme yang sangat berbahaya disaring melalui penghubung, kemudian diserang oleh limfosit dan macrophages (yang juga ada pada batang getah bening). Batang getah bening seringkali diikat di daerah dimana pembuluh darah getah bening bercabang, seperti leher, ketiak, dan kunci paha.
Organ limfoid sekunder
termasuk limpa, batang getah bening, amandel, hati, usus, dan tambalan peyer
pada usus kecil. Organ-organ ini menangkap mikroorganisme dan bahan-bahan asing
lain dan menyediakan tempat untuk sel matang pada sistem kekebalan untuk
mengumpulkan berinteraksi satu sama lain dan dengan bahan-bahan asing, dan
menghasilkan reaksi sistem kekebalan.
Batang getah bening secara
strategis diletakkan di dalam tubuh dan dihubungkan dengan jaringan pembuluh
darah getah bening, yang bertindak sebagai sistem peredarah sistem kekebalan
tubuh. Sistem getah bening mengangkut mikroorganisme, bahan-bahan asing
lainnya, sel kanker, dan sel mati dan rusak dari jaringan menuju batang getah
bening dan kemudian menuju aliran darah. batang getah bening adalah salah satu
tempat pertama dimana sel kanker dapat menyebar. Dengan demikian, dokter
seringkali meneliti batang getah bening untuk memastikan apakal kanker telah
menyebar. Sel kanker pada batang getah bening menyebabkan batang tersebut
bengkak. Batang getah bening bisa juga bengkak setelah infeksi, karena reaksi
kekebalan terhadap infeksi dihasilkan di batang getah bening.
Penyakit pada Sistem Transportasi
Sistem
transportasi pada manusia sangat penting untuk berbagai kebutuhan penunjang
hidup. Berikut ini adalah beberapa penyakit yang terjadi bila terjadi kelainan
atau gangguan pada sistem transportasi tubuh kita disertai arti definisi /
pengertian masing-masing penyakit.
1. Anemia / Penyakit
Kurang Darah
Anemia adalah
suatu kondisi di mana tubuh kita kekurangan darah akibat kurangnya kandungan
hemoglobin dalam darah. Akibatnya
tubuh akan kekurangan oksigen dan berasa lemas karena hemoglobin bertugas
mengikat oksigen untuk disebarkan ke seluruh badan.
2. Hemofili / Hemofilia
/ Penyakit Darah Sulit Beku
Hemofilia
adalah suatu penyakit atau kelainan pada darah yang sukar membeku jika terjadi
luka. Hemofili merupakan penyakit turunan.
3. Hipertensi /
Penyakit Darah Tinggi
Hipertensi
adalah tekanan darah tinggi yang diakibatkan oleh adanya penyempitan pembuluh
darah dengan sistolis sekitar 140-200 mmHg serta tekanan diastolisis kurang
lebih antara 90-110 mmHg.
4. Hipotensi /
Penyakit Darah Rendah
Hipotensi
adalah tekanan darah rendah dengan tekanan sistolis di bawah 100 mmHg
(milimeter Hydrargyrum / mili meter air raksa) (Hydrargyrum = air raksa).
5. Varises / Penyakit
Otot Nimbul
Varises
adalah pelebaran pada pembuluh vena yang membuat pembuluh dasar membesar dan
terlihat secara kasat mata yang umumnya terdapat pada bagian lipatan betis.
6. Penyakit Kuning
Bayi
Penyakit
kuning pada anak bayi adalah kelainan akibat adanya gangguan kerusakan sel-sel
darah oleh aglutinin sang ibu.
7. Arherosklerosis
Artherosklerosis
adalah penyakit kelainan pada pembuluh nadi sistem transportasi yang menjadi
keras.
8. Miokarditis
Miokarditis
adalah suatu kelainan akibat terjadinya radang pada otot jantung.
9. Trombus / Embolus
Trombus
adalah kelainan yang terdapat pada jantung yang disebabkan oleh adanya gumpalan
di dalam nadi tajuk.
10. Leukimia / Penyakit
Kanker Darah
Leukimia adalah penyakit
yang mengakibatkan produksi sel darah putih tidak terkontrol pada sistem
transportasi.
11. Talasemia
Sel darah merah abnormal,umur lebih pendek,diasesi
dengan transfusi darah
Atherosklerosis
Pengertian
Atherosklerosis
adalah keadaan pengerasan dinding pembuluh darah yang menyebabkan penyempitan
lubangnya yang disebabkan oleh terbentuknya atheroma atau massa yang lengket
seperti pasta atau lem. Beberapa jenis artherosklerosis dapat berupa:
-
Artherosklerosis
(pengerasan dinding pembuluh darah arteri)
-
Artheriolosklerosis (pengerasan dinding pembuluh darah
arteri oleh pembuluh arteri kecil)
-
Atheroma/ atherosclerosis (pengerasan ujung pembuluh
darah kecil)
Patogenesis
Proses patologi terjadinya gangguan/
penyakit jantung berkaitan dengan proses atherosklerosis. Konsekuensi adanya
atherosclerosis adalah penyempitan liang pembuluh darah yang akan menimbulkan kekurangan aliran
darah yang selanjutnya menyebabkan insufisiensi (kekurangan) oksigen dan makanan
yang dialirkan pembuluh darah tersebut.
Riwayah alamiah artherosklerosis dapat dimulai sejak masa kanak- kanak
dengan terbentuknya garis lemak (fatty streaks), lalu plak fibrosa, dan
menyusul kalsifikasi. Kekakuan pembuluh darah ini pada gilirannya dapat
menyebabkan gangguan lanjut sesuai organ yang diserangnya.
Skema Evolusi Atheroskleosis koroner


Faktor
Risiko Atherosklerosis
Banyak factor yang secara umum
berkaitan dengan risiko peningkatan proses atherosclerosis seperti kebiasaan
merokok, kolesterol tinggi, penyakit DM, kegemukan, dan kurang olah raga.
Faktor- faktor risiko yang berkaitan dengan terjadinya
proses atherosclerosis dapat dibagi atas:
- Faktor yang tidak dapat diintervensi
-
Genetik/ riwayat keluarga
-
Usia
-
Jenis kelamin
-
Anatomi coronaria (percabangan a. coronaria dan
collateralnya)
-
Profil lipoprotein
-
Factor metabolic
- Faktor risiko yang dapat diintervensi
-
Rokok
-
Hipertensi
-
Hiperkolesterolemia
-
Obesitas
-
Hiperglisemia
-
Faktor
riwayat keluarga dengan iskemik jantung
- Faktor perilaku
Faktor perilaku dapat meliputi: kurang gerak (sedentary), stress/
tegangan sosial, dan jenis personality (tipe A dan B).
Gejala klinis :
Ø
Sesak
napas
Ø
Klaudikasio
intermiten
Ø
Peka
terhadap rasa dingin
Ø
Perubahan
warna kulit
Upaya
Pencegahan
Atherosclerosis sebenarnya tidak
terlalu mengancam kesehatan, namun atherosclerosis umumnya merupakan awal dari
penyakit jantung. Adapun akibat lanjutan dari atherosclerosis adalah berbagai
macam gangguan patologis sesuai dengan target organ (organ tubuh yang mudah
diserang). Untuk itu dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi (hipertensi) dari
pembuluh darah, infark miokard pada jantung, infark serebrum pada otak,
gangrene ekstremitas pada kaki, dan aneurisma aorta abdominalis.
Atherosclerosis bisa merupakan suatu
proses normal yaitu pengerasan pembuluh darah sebagai proses degenerasi/
penuaan. Jadi, upaya pencegahan yang dimaksud disini adalah upaya penglambatan
terjadinya atherosclerosis dengan cara menghindari factor risiko terjadinya
atherosclerosis.
Ø
Pencegahan
yg terpenting→pengendalian
faktor risiko yg diketahui dpt meningkatkan kerentanan trhdp aterogenesis
1. Menurunkan kolesterol dan trigliserida
2. Kendalikan tekanan darah
3. Hindari rokok dan asap rokok
4. Hindari minuman beralkohol
5. Hindari kegemukan/obesitas
6. Hindari stres dan olahraga teratur
7. Memperbaiki makanan
Anemia


Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah, kuantitas
hemoglobin dan volume pada sel darah merah ( Hematokrit per 100 ml darah ) atau
keadaan dimana kadar sel-sel darah merah dan hemoglobin dalam darah kurang dari
normal. Hemoglobin terdapat dalam sel-sel darah merah dan merupakan pigmen
pemberi warna merah sekaligus pembawa oksigen dari paru-paru ke seluruh sel-sel
tubuh. Oksigen ini akan digunakan
untuk membakar gula dan lemak menjadi energy. Hal ini dapat menjelaskan mengapa
kurang darah dapat menyebabkanng gejala lemah dan lesu yang tidak biasa.
Paru-paru dan jantung juga terpaksa kerja keras untuk mendapatkan oksigen dari
darah yang menyebabkan nafas terasa pendek.
Walaupun gejalanya
tidak terlihat atau samar-samar dalam jangka waktu lama. Kondisi ini tetap
dapat membahayakan jiwa jika dibiarkan dan tidak diobati. Jika anda mengalami
gejala lemah lesu berkepanjangan, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter
untuk mengetahui penyebabnya. Anemia biasanya terdeteksi atau sedikitnya dapat
dipastikan setelah pemeriksaan darah untuk mengetahui kadar sel darah merah ,
hemotokrit dan hemoglobin. Pengobatan bisa bervariasi tergantung pada
diagnosisnya.
Sel-sel darah baru
dibuat setiap hari dalam sumsum tulang belakang. Zat gizi yan diperlukan untuk
pembuatan sel-sel ini adalah besi, protein dan vitamin terutama asam folat dan
B12. Dari semua ini, besi dan protein yang paling penting dalam pembentukan
hemoglobin. Setiap orang harus memiliki sekitar 15 gram hemoglobin per 100 ml
darah dan jumlah darah sekitar lima juta sel darah merah per millimeter darah.
Klasifikasi Anemia
Menurut morfologi Mikro dan Makro menunjukkan ukuran sel darah merah sedangkan
kromik menunjukkan warnanya. Ada tiga klasifikasi besar yaitu :
1)
Anemia Normositik Normokrom adalah Ukuran dan bentuk sel-sel darah
merah normal serta mengandung hemoglobin dalam jumlah yang normal ( MCV dan
MCHC normal atau rendah .
2)
Anemia Makrositik normokrom adalah Ukuran sel-sel darah merah lebih
besar dari normal tetapi konsentrasi hemoglobin normal
( MCV Meningkat,MCHC normal)
3)
Anemia Mikrositik Hipokrom adalah Ukuran sel-sel darah merah kecil
mengandung Hemoglobin dalam jumlah yang kurang dari normal ( MCV maupun MCHC
kurang ).
Yang termasuk
dalam kategori Anemia Mikrositik Hipokrom adalah Anemia defisiensi bisa terjadi
akibat kekurangan besi, pirodoksin atau tembaga. Anemia Defisiensi Besi adalah
keadaan dimana kandungan besi tubuh total turun dibawah tingkat normal yang
terjadi akibat tidak adanya besi yang memadai untuk mensintesis Hemoglobin
PATOFISIOLOGI
Anemia defisiensi zat besi adalah anemia
yang paling sering menyerang anak-anak. Bayi cukup builan yang lahir dari ibu
nonanemik dan bergizi baik, memiliki cukup persediaan zat besi sampai berat
badan lahirnya menjadi dua kali lipat umumnya saat berusia 4-6 bulan. Sesudah
itu zat besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi kebutuhan anak. Jika
asupan zat besi dari makanan tidak mencukupi terjadi anemia defisiensi zat besi
. Hal ini paling sering terjadi karena pengenalan makanan padat yang terlalu
dini ( sebelum usia 4-6 bulan) dihentikannya susu formula bayi yang mengandung
zat besi atau ASI sebelum usia 1 tahun dan minum susu sapi berlebihan tanpa
tambahan makanan padat kaya besi. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi dengan
perdarahan perinatal berlebihan atau bayi dari ibu yang kurang gizi dan kurang
zat besi juga tidak memiliki cadangan zat besi yang adekuat. Bayi ini berisiko
lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi sebelum berusia 6 bulan.
Anemia defisiensi zat besi dapat juga
terjadi karena kehilangan darah yang kronik. Pada Bayi hal ini terjadi karena
perdarahan usus kronik yang disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak
tahan panas. Pada anak sembarang umur kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari
saluran cerna setiap hari dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Pada
remaja putri anemia defisiensi zat besi juga dapat terjadi karena menstruasi
yang berlebihan.
PENYEBAB
1. Sebagian besar anemia di Indonesia disebabkan oleh
kekurangan zat besi.
2. Zat besi adalah salah satu unsur gizi yang merupakan
komponen pembentuk Hb atau sel darah merah. Oleh karena itu disebut “Anemia
Gizi Besi”.
3.
Anemia Gizi Besi dapat terjadi karena :
a.
Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak
mencukupi kebutuhan.
-
Makanan yang kaya akan kandungan zat besi adalah : makanan
yang berasal dari hewani (seperti ikan, daging, hati,
ayam).
-
Makanan nabati (dari tumbuh-tumbuhan) misalnya sayuran hijau
tua, yang walaupun kaya akan zat besi, namun hanya sedikit yang bisa diserap
dengan baik oleh usus.
b.
Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi.
-
Pada masa pertumbuhan seperti anak-anak dan remaja, kebutuhan
tubuh akan zat besi meningkat tajam.
-
Pada masa hamil kebutuhan zat besi meningkat karena zat besi
diperlukan untuk pertumbuhan janin serta untuk kebutuhan ibu sendiri.
-
Pada penderita
penyakit menahun seperti TBC.
c.
Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh.
Perdarahan atau kehilangan darah dapat
menyebabkan anemia. Hal ini terjadi pada penderita :
-
Kecacingan
(terutama cacing tambang). Infeksi cacing tambang menyebabkan perdarahan pada
dinding usus, meskipun sedikit tetapi terjadi terus menerus yang mengakibatkan
hilangnya darah atau zat besi.
-
Malaria pada
penderita Anemia Gizi Besi, dapat memperberat keadaan anemianya.
-
Kehilangan darah pada waktu haid berarti mengeluarkan zat
besi yang ada dalam darah
Difesiensi
besi adalah penyebab anemia paling umum. Defesiensi besi dapat terjadi dari
pola makan sehari-hari yang rendah besi. Kurang protein, asam folat, vitamin
B12 dari makanan sehari-hari juga memungkinkan terjadinya anemia, mengingat
pentingnya unsure-unsur tersebut dalam pembentukan sel-sel darah merah.
Anemia juga
bisa disebabkan hal-hal lain seperti pendarahan kecil tetapi terus menerus (slow bleeding) seperti akibat wasir,
tukak lambung, kanker lambung atau usus dan efek penggunaan aspirin atau
obat-obat nonsteroidal anti inflamasi terus menerus, menstruasi berat, penyakit
yang berhubungan dengan darah seperti leukemia dan infeksi (cacing,
malaria).Pecandu alcohol, perokok, pasien dengan penyakit saluran pencernaan (gastritis, celiac disease atau crohn’s
disease), vegetarian ekstrim, orang lanjut usia dan wanita hamil termasuk
yang beresiko defisiensi besi, akibat gizi buruk atau kurang gizi atau
penyerapan gizi kurng baik.
Tubuh mendaur ulang zat besi, yaitu ketika sel darah merah mati, zat besi
di dalamnya dikembalikan ke sumsum tulang untuk digunakan kembali oleh sel
darah merah yang baru. Tubuh kehilangan sejumlah besar zat besi hanya ketika
sel darah merah hilang karena perdarahan dan menyebabkan kekurangan zat besi.
Kekurangan zat besi merupakan salah satu penyebab terbanyak dari anemia dan
satu-satunya penyebab kekurangan zat besi pada dewasa adalah perdarahan.
Makanan yang mengandung sedikit zat besi bisa menyebabkan kekurangan pada
bayi dan anak kecil, yang memerlukan lebih banyak zat besi untuk
pertumbuhannya.
·
Pada pria dan wanit pasca menopause,
kekurangan zat besi biasanya menunjukkan adanya perdarahan pada saluran
pencernaan.
·
Pada
wanita pre-menopause, kekurangn zat besi bisa disebabkan oleh perdarahan
menstruasi bulanan.
GEJALA ANEMIA
Adapun gejala-gejala dari anemia adalah:
1. Lemah, lesu, pusing, mudah marah atau
sulit konsentrasi.
2. Pucat terutama pada gusi dan kelopak
mata atau bawah kuku.
3. Jantung berdebar nafas pendek.
4. Sariawan mulut atau lidah, bilur-bilur
atau pendarahan tidak biasa.
5. Mati rasa atau kesemutan di daerah
kaki.
6.
Mual dan diare
7.
Telapak tangan pucat ( Hb dibawah 8 g/dl )
8.
Konjungtiva pucat ( Hemoglobin ( Hb) 6 sampai10 g/dl ).
Anemia pada akhirnya menyebabkan kelelahan, sesak nafas, kurang
tenaga dan gejala lainnya. Kekurangan
zat besi memiliki gejala sendiri, yaitu:
- Pika :
suatu keinginan memakan zat yang bukan makanan seperti es batu, kotoran atau
kanji
- Glositis :
iritasi lidah
- Keilosis :
bibir pecah-pecah
- Koilonikia
: kuku jari tangan pecah-pecah dan
bentuknya seperti sendok.
Terjadinya anemia karena kekurangan zat besi.
Anemia karena
kekurangan zat besi biasanya terjadi secara bertahap, melalui beberapa stadium.
Gejalanya baru
timbul pada stadium lanjut.
- Stadium 1.
Kehilangan zat besi melebihi asupannya, sehingga menghabiskan cadangan
dalam tubuh, terutama di sumsum tulang. Kadar ferritin (protein yang
menampung zat besi) dalam darah berkurang secara progresif.
- Stadium 2.
Cadangan besi yang telah berkurang tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk
pembentukan se darah merah, sehingga sel darah merah yang dihasilkan jumlahnya
lebih sedikit.
- Stadium 3.
Mulai terjadi anemia. Pada awal stadium ini, sel darah merah tampak
normal, tetapi jumlahnya lebih sedikit. Kadar hemoglogin dan hematokrit
menurun.
- Stadium 4.
Sumsum tulang berusaha untuk menggantikan kekurangan zat besi dengan
mempercepat pembelahan sel dan menghasilkan sel darah merah dengan ukuran yang
sangat kecil (mikrositik), yang khas untuk anemia karena kekurangan zat
besi.
- Stadium 5.
Dengan semakin memburuknya kekurangan zat besi dan anemia, maka akan
timbul gejala-gejala karena kekurangan zat besi dan gejala-gejala karena anemia
semakin memburuk.
DIAGNOSA
Pemeriksaan darah digunakan untuk mendiagnosis anemia. Biasanya penderita anemia diperiksa untuk mengetahui kekurangan zat besi. Kadar zat besi bisa diukur dalam darah. Kadar zat besi dan transferin (protein pengangkut zat besi yang berada diluar sel darah merah) diukur dan dibandingkan. Jika kurang dari 10% transferin yang terisi dengan zat besi, maka kemungkinan terjadi kekurangan zat besi. Tetapi pemeriksaan yang paling sensitif untuk kekurangan zat besi adalah pengukuran kadar ferritin (protein yang menampung zat besi). Kadar ferritin yang rendah menunjukkan kekurangan zat besi. Tetapi kadang kadar ferritin normal atau tinggi walaupun terdapat kekurangan zat besi karena feritin kadarnya bisa meningkat pada kerusakan hati, peradangan, infeksi atau kanker.
Pemeriksaan darah digunakan untuk mendiagnosis anemia. Biasanya penderita anemia diperiksa untuk mengetahui kekurangan zat besi. Kadar zat besi bisa diukur dalam darah. Kadar zat besi dan transferin (protein pengangkut zat besi yang berada diluar sel darah merah) diukur dan dibandingkan. Jika kurang dari 10% transferin yang terisi dengan zat besi, maka kemungkinan terjadi kekurangan zat besi. Tetapi pemeriksaan yang paling sensitif untuk kekurangan zat besi adalah pengukuran kadar ferritin (protein yang menampung zat besi). Kadar ferritin yang rendah menunjukkan kekurangan zat besi. Tetapi kadang kadar ferritin normal atau tinggi walaupun terdapat kekurangan zat besi karena feritin kadarnya bisa meningkat pada kerusakan hati, peradangan, infeksi atau kanker.
Kadang diperlukan pemeriksaan yang
lebih memuaskan untuk menegakkan diagnosis.
Pemeriksan yang paling khusus adalah pemeriksaan sumsum tulang, dimana contoh dari sel diperiksa dibawah mikroskop untuk menentukan kandungan zat besinya.
Pemeriksan yang paling khusus adalah pemeriksaan sumsum tulang, dimana contoh dari sel diperiksa dibawah mikroskop untuk menentukan kandungan zat besinya.
Akibat Anemia
Akibat anemia pada :
·
Anak-anak :
a.
Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
b.
Menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan
otak.
c.
Meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya
tahan tubuh menurun.
·
Wanita :
a. Anemia akan menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah
sakit.
b. Menurunkan produktivitas kerja.
c. Menurunkan kebugaran.
·
Remaja putri :
a.
Menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar.
b.
Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai
optimal.
c. Menurunkan kemampuan fisik olahragawati.
d. Mengakibatkan muka pucat.
·
Ibu hamil :
a.
Menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan.
b.
Meningkatkan risiko melahirkan Bayi dengan Berat Lahir Rendah
atau BBLR (<2,5 kg).
c.
Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu
dan/atau bayinya.
PENGOBATAN
Langkah pertama adalah menentukan sumber dan menghentikan perdarahan, karena perdarahan merupakan penyebab paling sering dari kekurangan zat besi.
Mungkin diperlukan obat-obatan atau pembedahan untuk:
-
mengendalikan perdarahan menstruasi yang sangat banyak
-
memperbaiki tukak yang mengalami perdarahan
-
mengangkat polip dari usus besar
-
mengatasi perdarahan dari ginjal.
Biasanya juga diberikan
tambahan zat besi. Sebagian
besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu
polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit
sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2
tablet.
Kemampuan usus untuk menyerap
zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih
besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan
sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan
ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya.
Biasanya diperlukan waktu 3-6
minggu untuk memperbaiki anemia karena kekurangan zat besi, meskipun perdarahan
telah berhenti. Jika anemia sudah berhasil diperbaiki, penderita harus
melanjutkan minum tablet besi selama 6 bulan untuk mengembalikan cadangan
tubuh. Pemeriksaan darah biasanya dilakukan secara rutin untuk meyakinkan bahwa
pasokan zat besi mencukupi dan perdarahan telah berhenti.
Kadang zat besi harus diberikan
melalui suntikan. Hal ini dilakukan pada penderita yang tidak dapat
mentoleransi tablet besi atau penderita yang terus menerus kehilangan sejumlah
besar darah karena perdarahan yang berkelanjutan. Waktu penyembuhan dari anemia
yang diobati dengan tablet besi maupun suntikan adalah sama.
Mencegah dan Mengobati Anemia
A. Meningkatkan Konsumsi Makanan Bergizi.
·
Makan makanan
yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan hewani (daging, ikan, ayam,
hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran berwarna hijau tua,
kacang-kacangan, tempe ).
·
Makan
sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C (daun katuk,
daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nanas) sangat bermanfaat untuk
meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus.
B. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum
Tablet Tambah Darah (TTD).
C. Mengobati penyakit yang menyebabkan atau memperberat
anemia seperti: kecacingan, malaria dan penyakit TBC.
THERAPI
Usaha pengobatan ditujukan pada pencegahan
dan intervensi. Pencegahan tersebut mencakup ; Menganjurkan Ibu-Ibu untuk
memberikan ASI, Makan makanan kaya zat besi dan minum vitamin pranatal yang
mengandung besi.
Terapi untuk mengatasi anemia defisiensi zat besi terdiri dari program
pengobatan berikut ;
·
Zat
besi diberikan per oral dalam dosis 2 – 3 mg/kg unsur besi semua bentuk zat
besi sama efektifnya ( fero sulfat, fero fumarat, fero suksinat, fero glukonat.
·
Vitamin
C harus diberikan bersama dengan besi ( Vitamin C meningkatkan absorpsi besi)
Terapi besi
hendaknya diberikan sekurang-kurangnya selama 6 minggu setelah anemia dikoreksi
untuk mengisi kembali cadangan besi. Zat besi yang disuntikkan jarang dipakai
lagi kecuali terdapat penyakit malabsorpsi usus halus.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar