BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Pesatnya perkembangan industri
beserta produknya memiliki dampak positif terhadap kehidupan manusia berupa
makin luasnya lapangan kerja, kemudahan dalam komunikasi dan transportasi dan
akhirnya juga berdampak pada peningkatan sosial ekonomi masyarakat.Disisi lain
dampak negatif yang terjadi adalah timbulnya penyakit akibat pajanan bahan-bahan
selama proses industri atau dari hasil produksi itu sendiri.
Timbulnya penyakit akibat kerja telah mendapat perhatian dari pemerintah
Indonesia,berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 telah
ditetapkan 31 macam penyakit yang timbul karena kerja. Berbagai macam penyakit
yang timbul akibat kerja, organ paru dan saluran nafas merupakan organ dan
sistem tubuh yang paling banyak terkena oleh pajanan bahan-bahan yang berbahaya
di tempat kerja.
Penyakit paru akibat kerja merupakan penyakit atau kelainan paru yang
terjadi akibat terhirupnya partikel, kabut, uap atau gas yang berbahaya saat
seseorang sedang bekerja. Tempat tertimbunnya bahan-bahan tersebut pada saluran
pernafasan atau paru dan jenis penyakit paru yang terjadi tergantung pada ukuran
dan jenis yang terhirup. Beberapa jenis partikel yang di antaranya bisa
menyebabkan penyakit paru yaitu partikel organik dan anorganik. Selain itu gas dan bahan aerosol lain seperti gas
dari hidrokarbon, bahan kimiawi insektisida, serta gas dari pabrik plastik dan
hasil pembakaran plastik. Jenis partikel organik dihasilkan oleh industri
tekstil dimulai dari proses awal sampai penenunan. Masa waktu untuk timbulnya
penyakit ini cukup lama,waktu yang terpendek adalah 5 tahun. Partikel anorganik
yang jika terhirup dalam jumlah banyak dapat pula menimbulkan gangguan paru,
hal ini banyak terjadi pada pekerja di pabrik semen, asbes, keramik dan
tambang.
Di Indonesia, penyakit atau gangguan paru akibat kerja yang disebabkan oleh
debu diperkirakan cukup banyak, meskipun data yang ada masih kurang. Hasil
pemeriksaan kapasitas paru yang dilakukan di Balai HIPERKES dan Keselamatan
Kerja Sulawesi Selatan pada tahun 1999 terhadap 200 tenaga kerja di 8
perusahaan, diperoleh hasil sebesar 45% responden yang mengalami restrictive
(penyempitan paru), 1% responden yang mengalami obstructive (penyumbatan
paru-paru), dan 1% responden mangalami combination (gabungan antara restrictive
dan obstructive).
Debu yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan kelainan fungsi atau kapasitas paru. Kelainan tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-paru yang dapar berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas kerja. Debu campuran menyebabkan penyakit paru pada tenaga kerja yang disebut dengan penyakit paru akibat kerja oleh karena disebabkan oleh pekerjaan atau faktor lingkungan kerja. Penyakit demikian sering disebut juga penyakit buatan manusia, oleh karena timbulnya disebabkan oleh adanya pekerjaan.
Debu yang terhirup oleh tenaga kerja dapat menimbulkan kelainan fungsi atau kapasitas paru. Kelainan tersebut terjadi akibat rusaknya jaringan paru-paru yang dapar berpengaruh terhadap produktivitas dan kualitas kerja. Debu campuran menyebabkan penyakit paru pada tenaga kerja yang disebut dengan penyakit paru akibat kerja oleh karena disebabkan oleh pekerjaan atau faktor lingkungan kerja. Penyakit demikian sering disebut juga penyakit buatan manusia, oleh karena timbulnya disebabkan oleh adanya pekerjaan.
Pada penelitian Darma Setyakusuma dkk pada pengaruh debu besi terhadap
kesehatan paru-paru pekerja pabrik besi PT. Krakatau Steel, Cilegon (1985)
mendapatkan bronkitis industri sebesar 11,9 % pada kelompok terpajan dan pada
kelompok tidak terpajan. Pada penelitian Ria Faridawati,dkk (1955) melaporkan
prevalensi bronchitis kronis 14 % (42 orang dari 150 orang) dan 0,33 % (20
orang dari 150 orang) yang diteliti pada pekerja di PT. Krakatau Steel Cilegon.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SISTEM PERNAPASAN
Sistem pernapasan terdiri atas paru-paru dan sistem saluran yang menghubungkan
jaringan paru dengan lingkungan luar paru yang menghubungkan jaringan paru
dengan lingkungan luar paru yang berfungsi untuk menyediakan oksigen untuk
darah dan membuang karbondioksida. Sistem pernapasan secara umum terbagi atas:
1. Bagian konduksi, yang terdiri atas :
Rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, Bronkus, dan bronkiolus. Bagian ini
berfungsi untuk menyediakan saluran udara untuk mengalir ke dan dari paru-paru
untuk membersihkan, membasahi, dan menghangatkan udara yang diinspirasi.
2. Bagian respirasi, yang terdiri dari
alveoli, dan struktur yang berhubungan. Pertukaran gas antara udara dan darah
terjadi dalam alveoli.
Selain struktur diatas terdapat pula struktur yang lain, seperti bulu-bulu pada pintu masuk yang penting untuk menyaring partikel-partikel yang masuk.
Sistem pernapasan memilliki sistem pertahanan tersendiri dalam melawan setiap bahan yang masuk yang dapat merusak. Terdapat tiga kelompok mekanisme pertahanan yaitu:
Selain struktur diatas terdapat pula struktur yang lain, seperti bulu-bulu pada pintu masuk yang penting untuk menyaring partikel-partikel yang masuk.
Sistem pernapasan memilliki sistem pertahanan tersendiri dalam melawan setiap bahan yang masuk yang dapat merusak. Terdapat tiga kelompok mekanisme pertahanan yaitu:
1. Arsitektur
saluran napas : bentuk, struktur, dan kaliber saluran napas yang berbeda- beda merupakan saringan mekanik terhadap
udara yang dihirup, mulai dari hidung, nasofaring, laring, serta percabangan
trakeobronkial. Iritasi mekanik atau kimiawi merangsang reseptor disaluran
napas, sehingga terjadi bronkokonstriksi serta bersin atau batuk yang mampu
mengurangi penetrasi debu dan gas toksik ke dalam saluran napas.
2. Lapisan
cairan serta silia yang melapisi saluran napas, yang mampu menangkap partikel
debu dan mengeluarkannya.
3. Mekanisme
pertahanan spesifik , yaitu sistem imunitas di paru yang berperan terhadap
partikel-partikel biokimiawi yang tertumpuk di saluran napas.
B. GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN
Berbagai penyakit dapat timbul dalam lingkungan pekerjaan yang mengandung
debu industri, terutama pada kadar yang cukup tinggi, antara lain
pneumokoniosis, silikosis, asbestosis, hemosiderosis, bisinosis, bronkitis,
asma kerja, kanker paru, dll. Penyakit paru kerja terbagi 3 bagian yaitu:
1. Akibat
debu organik, misalnya debu kapas (Bissinosis), debu padi-padian (Grain worker’s disease), debu kayu
2. Akibat
debu anorganik (pneumokoniosis) misalnya debu silika ( Silikosis), debu asbes (asbestosis), debu timah (Stannosis)
3. Penyakit
paru kerja akibat gas iritan, 3 polutan yang paling banyak mempengaruhi kesehatan
paru adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2) dan ozon (O3) Bila
penyakit paru akibat kerja telah terjadi, umumnya tidak ada pengobatan yang
spesifik dan efektif untuk menyembuhkannya. Gejala biasanya timbul apabila
penyakit sudah lanjut. Pada asbestosis dan silikosis, bila diagnosis telah
ditegakkan maka penyakit dapat terus berlanjut menjadi fibrosis masif
progresif, meskipun pajanan dihilangkan, sedangkan pada bronkitits industri,
apabila telah terjadi obstruksi berarti kelainan telah irreversibel. Pada
penyakit paru akibat kerja pada umumnya hanya bersifat simtomatis yaitu
mengurangi gejala dan keluhan penderita.
Di negara-negara maju, penyakit paru akibat kerja merupakan salah satu
penyebab utama kesakitan dan kecacatan, tetapi di negara-negara berkembang,
khususnya di Indonesia sampai saat ini masih sedikit kasus penyakit paru akibat
kerja yang dilaporkan. Namun pada masa datang bukan tidak mungkin akan banyak
kita temukan penyakit paru akibat kerja seiring dengan semakin meluasnya industrialisasi.
Olehnya, untuk mencegah hal-hal tersebut, usaha pencegahan merupakan tindakan
yang paling penting pada penatalaksanaan penyakit paru akibat debu industri.
Berbagai tindakan pencegahan dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit atau
mengurangi perkembangan penyakit-penyakit yang Pada tingkat perusahaan
tertentu, tindakan-tindakan tersebut dapat dilakukan dengan cara antara lain :
1. Substitusi, yaitu mengganti bahan yang
lebih berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya.
2. Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara ke ruang kerja untuk menurunkan kadar lebih rendah dari nilai batas ambang
2. Ventilasi umum, yaitu mengalirkan udara ke ruang kerja untuk menurunkan kadar lebih rendah dari nilai batas ambang
3. Ventilasi keluar setempat, untuk
mengalirkan keluar bahan berbahaya dari ruang kerja.
4. Isolasi salah satu proses produksi yang berbahaya.
4. Isolasi salah satu proses produksi yang berbahaya.
5. Pemakaian alat pelindung diri.
6. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
7. Pemeriksaan kesehatan secara berkala
8.Penyuluhan sebelum bekerja, agar pekerja
mengetahui dan mematuhi segala peraturan, serta agar mereka lebih hati-hati.
9. Penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan
kepada para pekerja secara terus-menerus, agar mereka tetap waspada dalam
menjalankan tugasnya.telah terjadi.
C. DEBU DAN GANGGUAN PERNAPASAN AKIBAT DEBU
Gangguan pernapasan akibat inhalasi debu dipengaruhi beberapa faktor,
antara lain faktor debu itu sendiri, yaitu ukuran partikel, bentuk, daya larut,
konsentrasi, sifat kimiawi, lama pajanan, dan factor individu berupa mekanisme
pertahanan tubuh. Debu industri yang terdapat dalam udara dibagi dua yaitu
“deposit particulate matter” yaitu partikel debu yang hanya sementara berada di
udara, partikel ini segera mengendap di udara oleh karena gaya gravitasi bumi,
dan “Suspended particulate matter” yaitu debu yang tetap berada di udara dan
tidak mengendap.
1. Definisi Debu
Debu merupakan salah satu bahan yang sering disebut sebagai partikel yang
melayang di udara (Suspended Particulate Matter / SPM) dengan ukuran 1 mikron
sampai dengan 500 mikron.
Dalam Kasus Pencemaran udara baik dalam maupun di ruang gedung (Indoor and
Out Door Pollution) debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang
digunakan untuk menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun
terhadap kesehatan dan keselamatan kerja.
2. Macam-macam Debu
Dari macamnya debu dikelompokan ke dalam :
a. Debu Organik (debu kapas, debu daun daunan, tembakau dan sebagainya).
b. Debu Mineral (merupakan senyawa komplek : SiO2, SiO3, arang batu dll) dan
b. Debu Mineral (merupakan senyawa komplek : SiO2, SiO3, arang batu dll) dan
c. Debu Metal (Debu yang mengandung unsur logam: Pb, Hg, Cd, Arsen, dll).
Dari segi karakter zatnya debu terdiri atas :
a. Debu Fisik (Debu tanah, batu, mineral, fiber)
b. Kimia (Mineral organik dan inorganik)
c. Biologis ( Virus, bakteri, kista) dan debu radio aktif .
Ditempat kerja jenis jenis debu ini dapat ditemui di kegiatan pertanian,
pengusaha keramik, batu kapur, batu bata, pengusaha kasur, pasar tradisional,
pedagang pinggir jalan dan lain lain.
E. Pengendalian/pencegahan
a. Terhadap sumbernya
Pengontrolan debu di ruang kerja terhadap sumbernya antara lain :
1) Isolasi sumber agar tidak mngeluarkan debu di
ruang kerja dengan “ Local Exhauster” atau Dengan melengkapi Water Sprayer pada
cerobong asap.
2) Subtitusi alat yang mengeluarkan debu dengan
yang tidak mengeluarkan debu.
b. Pencegahan terhadap transmisi
1) Memakai metoda basah yaitu, penyiraman lantai,
pengeboran basah, (Wet Drilling)
2) Dengan alat (Scrubber, Electropresipitator, Ventilasi Umum)
c. Pencegahan terhap tenaga
kerjanya
Antara lain menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) dengan menggunakan
Masker.
Alat-alat pelindung harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1) Memiliki daya pencegah kuat
terhadap bahaya yang ada.
2) Konstruksi dan kemampuan harus
memenuhi standar yang berlaku.
3) Ringan, efisien, dan nyaman
dipakai.
4) Tidak mengganggu gerakan yang
diperlukan.
5) Tahan
lama, pemeliharaan mudah, dan bagian-bagian mudah diganti atau diperoleh.
F. Mekanisme penimbunan debu didalam
paru-paru
Ada tiga mekanisme
penimbunana debu didalam paru-paru :
a. Pengaruh inersia
Pengaruh inersia akan timbul kelembaban dari
debu itu sendiri dimana pada saat bergerak dan melalui belokan-belokan, maka
akan lebih didorong oleh aliran udara. Pada sepanjang jalan pernapasan yang
lurus akan langsung ikut dengan aliran lurus kedalam. Sedangkan
partikel-partikel yang besar kurang sempat ikut dalam aliran udara, akan tetapi
mencari tempat-tempat yang lebih ideal untuk menempel atau mengendap seperti
pada tempat lekuk-lekuk pada selaput lender dalam saluran napas.
b. Pengaruh
sedimentasi
Pengaruh sedimentasi terjadi di saluran-saluran
pernapasan dimana kecepatan arus udara kurang dari 1 cm/detik, sehingga
partikel-partikel tersebut melalui gaya berat dan mengendap.
c. Gerakan Brown
Gerakan Brown berlaku untuk debu-debu berukuran
kurang dari 0.1 mikron dimana melalui gerakan udara dan permukaan partikel debu
yang masuk ke dalam tubuh khususnya, akan mengganggu alveoli kemudian
mengendap.
G. Pengaruh Debu Terhadap Saluran
Pernapasan
Ada empat alternative
pengaruh fisik dari partikel debu yang mengendap
a. Debu berukuran 5 mikron yang mengendap pada
saluran pernapasan bagian atas dapat menimbulkan efek berupa iritasi yang
ditandai dengan gejala faringitis.
b.Debu berukuran 2-3 mikron yang mengendap lebih
dalam pada bronkus/bronkiolus dapat menimbulkan efek berupa bronchitis, alergi,
atau asma.
c.Debu yang berukuran 1-3 mikron yang mengendap di
alveoli, dimana gerakannya sejalan dengan kecepatan konstan.
d. Debu yang berukuran 0.1-1 mikron karena terlalu ringan tidak dapat
menempel pada saluran napas tetapi mengikuti gerak brown dan berada dalam
bentuk suspensi (Fume atau Smoke)
Menurut WHO 1996 ukuran debu partikel yang membahayakan adalah berukuran
0,1 – 5 atau 10 mikron. Depkes mengisaratkan bahwa ukuran debu yang
membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron.
D. Lima Macam Penyakit Akibat Pencemaran Debu di
Tempat Kerja
Pencemaran udara oleh partikel dapat disebabkan
karena peristiwa alamiah dan dapat pula disebabkan karena ulah manusia, lewat
kegiatan industri dan teknologi. Partikel yang mencemari udara banyak macam dan
jenisnya, tergantung pada macam dan jenis kegiatan industri dan teknologi yang
ada. Mengenai macam dan jenis partikel pencemar udara serta sumber
pencemarannya telah banyak
Secara umum partikel yang mencemari udara
dapat merusak lingkungan, tanaman, hewan dan manusia. Partikel-partikel
tersebut sangat merugikan kesehatan manusia. Pada umumnya udara yang telah
tercemar oleh partikel dapat menimbulkan berbagai macam penyakit saluran
pernapasan atau pneumoconiosis.
Pada saat orang menarik nafas, udara yang
mengandung partikel akan terhirup ke dalam paru-paru. Ukuran partikel (debu)
yang masuk ke dalam paru-paru akan menentukan letak penempelan atau pengendapan
partikel tersebut. Partikel yang berukuran kurang dari 5 mikron akan tertahan
di saluran nafas bagian atas, sedangkan partikel berukuran 3 sampai 5 mikron
akan tertahan pada saluran pernapasan bagian tengah. Partikel yang berukuran
lebih kecil, 1 sampai 3 mikron, akan masuk ke dalam kantung udara paru-paru,
menempel pada alveoli. Partikel yang lebih kecil lagi, kurang dari 1 mikron,
akan ikut keluar saat nafas dihembuskan.
Pneumoconiosis adalah penyakit saluran
pernapasan yang disebabkan oleh adanya partikel (debu) yang masuk atau
mengendap di dalam paru-paru. Penyakit pnemokoniosis banyak jenisnya,
tergantung dari jenis partikel (debu) yang masuk atau terhisap ke dalam
paru-paru. Beberapa jenis penyakit pneumoconiosis yang banyak dijumpai di
daerah yang memiliki banyak kegiatan industri dan teknologi, yaitu Silikosis,
Asbestosis, Bisinosis, Antrakosis dan Beriliosis.
1. Penyakit Silikosis
Silikosis adalah penyakit yang paling
penting dari golongan penyakit paru akibat kerja.
• Penyebabnya adalah silika bebas (SiO2)
yang terdapat dalam debu yang dihirup waktu bernafas dan ditimbun dalam paru
paru dengan masa inkubasi 2-4 tahun. Pekerja yang sering terkena penyakit ini
umumnya yang bekerja di perusahaan yang menghasilkan batu-batu untuk bangunan
seperti granit, keramik, tambang timah putih, tambang besi, tambang batu bara,
semen, dan lain lain.
Debu silika bebas ini banyak terdapat di
pabrik besi dan baja, keramik, pengecoran beton, bengkel yang mengerjakan besi
(mengikir, menggerinda, dll). Selain dari itu, debu silika juka banyak terdapat
di tempat di tempat penampang bijih besi, timah putih dan tambang batubara.
Pemakaian batubara sebagai bahan bakar juga banyak menghasilkan debu silika
bebas SiO2. Pada saat dibakar, debu silika akan keluar dan terdispersi ke udara
bersama – sama dengan partikel lainnya, seperti debu alumina, oksida besi dan
karbon dalam bentuk abu.
Debu silika yang masuk ke dalam paru-paru
akan mengalami masa inkubasi sekitar 2 sampai 4 tahun. Masa inkubasi ini akan
lebih pendek, atau gejala penyakit silicosis akan segera tampak, apabila
konsentrasi silika di udara cukup tinggi dan terhisap ke paru-paru dalam jumlah
banyak. Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai
batuk-batuk. Batuk ii seringkali tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis
tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat dan pada pemeriksaan
fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati. Bila penyakit silicosis
sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian diikuti dengan
hipertropi jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja
jantung.
Tempat kerja yang potensial untuk
tercemari oleh debu silika perlu mendapatkan pengawasan keselamatan dan
kesehatan kerja dan lingkungan yang ketat sebab penyakit silicosis ini belum
ada obatnya yang tepat. Tindakan preventif lebih penting dan berarti
dibandingkan dengan tindakan pengobatannya. Penyakit silicosis akan lebih buruk
kalau penderita sebelumnya juga sudah menderita penyakit TBC paru-paru,
bronchitis, astma broonchiale dan penyakit saluran pernapasan lainnya.
Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan
secara berkala bagi pekerja akan sangat membantu pencegahan dan penanggulangan
penyakit-penyakit akibat kerja. Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja,
selama bekerja dan sesudah bekerja perlu dicatat untuk pemantulan riwayat
penyakit pekerja kalau sewaktu – waktu diperlukan.
Penggunaan Chest X-Ray sangat esensial
untuk menegakkan diagnosis Silikosis. Meskipun terkadang gambaran radiology
kurang spesifik, tetapi dapat membantu mengenali karakter penyakit ini. Pada
silicosis yang simple, didapati nodul multiple kecil (< 10 mm) yang tersebar
secara difus di paru-paru tetapi paling spesifik di lapangan paru atas.
Kalsifikasi kelenjar hilus (eggshell calcification) adalah tanda yang sangat
jelas untuk silicosis namun hanya sedikit kasus yang menunjukkan gambaran
tersebut. Complicated silicosis bermanifestasi sebagai massa bilateral pada
kedua lapangan paru atas, yang terbentuk dari kumpulan nodul-nodul. Kavitas
dapat terlihat, dan kalsifikasi hilus mungkin tampak.
• Gejala penyakit ini dapat dibedakan pada tingkat ringan sedang dan berat.
Pada tingkat ringan ditandai dengan batuk kering, pengembangan paru-paru. Pada
lansia didapat hyper resonansi karena emphysema. Pada tingkat sedang terjadi
sesak nafas tidak jarang bronchial, ronchi terdapat basis paru paru. Pada
tingkat berat terjadi sesak napas mengakibatkan cacat total, hypertofi jantung
kanan, kegagalan jantung kanan.
• Penilaian paparan terhadap silika di tempat kerja adalah dengan pengambilan sample debu ukuran selektif dalam zona pernapasan, lebih disukai sample perorangan. Paparan juga dapat dinilai dengan menilai kadar silika dalam debu yang ikut pada pernapasan dengan X-Ray atau inframerah.
• Penilaian paparan terhadap silika di tempat kerja adalah dengan pengambilan sample debu ukuran selektif dalam zona pernapasan, lebih disukai sample perorangan. Paparan juga dapat dinilai dengan menilai kadar silika dalam debu yang ikut pada pernapasan dengan X-Ray atau inframerah.
• Penanganan ketika timbul gejala-gejala silikosis atau tuberkulosis aktif,
pasien hendaknya segera dijauhkan dari paparan lebih lanjut. Tidak ada
pengobatan spesifik untuk silikosis. Pengobatan untuk gagal jantung dan
pernapasan mungkin diperlukan pada silikosis stadium lanjut.
2.
Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat
kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes yang mencemari udara.
Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling
utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik
dan industri yang menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik
beratap asbes dan lain sebagainya.
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam
paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai
dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak membesar / melebar.
Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu
asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan
kiranya perlu diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan
lingkungan agar jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini.
Penyebab
Menghirup serat asbes bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut (fibrosis)
di dalam paru-paru. Jaringan paru-paru yang membentuk fibrosis tidak dapat
mengembang dan mengempis sebagaimana mestinya. Beratnya penyakit tergantung
kepada lamanya pemaparan dan jumlah serat yang terhirup.
Pemaparan asbes bisa ditemukan di industri pertambangan dan penggilingan,
konstruksi dan industri lainnya. Pemaparan pada keluarga pekerja asbes juga
bisa terjadi dari partikel yang terbawa ke rumah di dalam pakaian pekerja.
Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh asbes diantaranya:
- Plak pleura
- Mesotelioma maligna
- Efusi pleura.
Gejala
Gejala asbestosis muncul secara
bertahap dan baru muncul hanya setelah terbentuknya jaringan parut dalam jumlah
banyak dan paru-paru kehilangan elastisitasnya.
Gejala
pertama adalah sesak napas ringan dan
berkurangnya kemampuan untuk melakukan gerak badan. Sekitar 15% penderita, akan
mengalami sesak napas yang berat dan mengalami kegagalan pernapasan.
Mesotelioma
yang disebabkan oleh asbes bersifat ganas dan tidak dapat disembuhkan.
Mesotelioma umumnya muncul setelah terpapar krokidolit, satu dari 4 jenis
asbes. Amosit, jenis yang lainnya, juga menyebabkan mesotelioma.Krisotil
mungkin tidak menyebabkan mesotelioma tetapi kadang tercemar oleh tremolit yang
dapat menyebabkan mesotelioma. Mesotelioma biasanya terjadi setelah pemaparan
selama 30-40 tahun.
Kanker
paru-paru akan terjadi pada penderita asbestosis yang juga merokok, terutama
mereka yang merokok lebih dari satu bungkus sehari.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- batuk
- rasa sesak di dada
- nyeri dada
- kelainan kuku atau clubbing of fingers (bentuk jari-jari tangan yang menyerupai tabuh genderang).
Diagnosa
Pada pemeriksaan fisik dengan
menggunakan stetoskop,
akan terdengar suara ronki. Untuk memperkuat diagnosis, biasanya dilakukan
pemeriksaan berikut:
- Rontgen dada
- Tes fungsi paru-paru
- CT scan paru.
Penyembuhan
Pengobatan
suportif untuk mengatasi gejala yang timbul adalah membuang lendir/dahak dari
paru-paru melalui prosedur postural drainase, perkusi dada dan vibrasi.
Diberikan obat semprot untuk mengencerkan lendir. Mungkin perlu diberikan
oksigen, baik melalui sungkup muka (masker) maupun melalui selang plastik yang
dipasang di lubang hidung. Kadang dilakukan pencangkokan paru-paru. Mesotelioma
berakibat fatal, kemoterapi tidak banyak bermanfaat dan pengangkatan tumor
tidak menyembuhkan kanker.
Pencegahan
Asbestosis
dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes di lingkungan kerja.
Karena industri yang menggunakan asbes sudah melakukan kontrol debu, sekarang
ini lebih sedikit yang menderita asbestosis, tetapi mesotelioma masih terjadi
pada orang yang pernah terpapar 40 tahun lalu.
Untuk
mengurangi risiko terjadinya kanker paru-paru, kepada para pekerja yang
berhubungan dengan asbes, dianjurkan untuk berhenti merokok. Sementara itu guna
menghindari sumber penyakit yang akan tersebar pada pihak keluarga, disarankan
setiap pekerja untuk mencuci pakaian kerjanya di pabrik, dan menggantinya
dengan pakaian bersih untuk kembali ke rumah. Sehingga semua pakaian kerja
tidak ada yang dibawa pulang, dan pekerja membersihkan diri atau mandi sebelum
kembali kerumah masing-masing.
3.
Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit
pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran debu napas atau serat kapas di
udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas
ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan
dan pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas
atau tekstil; seperti tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain
sebagainya.
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup
lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa
sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal
kerja pada setiap minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang
menderita penyakit bisinosis merasakan beban berat pada dada serta sesak nafas.
Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga
merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat,
penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan
mungkin juga disertai dengan emphysema.
PENYEBAB
Di Amerika Serikat dan
Inggris, bissinosis terjadi hampir secara eksklusif pada orang-orang yang
bekerja dengan kapas yang belum diolah. Mereka yang bekerja dengan rami mungkin
juga dapat menderita penyakit ini.Yang paling sering terkena adalah orang-orang
yang kerjanya membuka karung kapas mentah atau bekerja pada tahap awal
pemrosesan kapas. Merokok menyebabkan meningkatnya resiko terkena penyakit ini.
GEJALA
Pada penderita ditemukan
beberapa keadaan berikut: - terdapat riwayat pemaparan debu dari pabrik tekstil
- gejala semakin memburuk pada
hari-hari kerja
- gejala membaik jika
penderita jauh dari tempatnya bekerja
- dada terasa sesak
- batuk
- bengek.
DIAGNOSA
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
·
Rontgen
dada
·
Tes
fungsi paru.
PENGOBATAN
Pengobatan yang terpenting
adalah menghilangkan sumber pemaparan dari bahan penyebab. Untuk meringankan
gejala, biasanya diberikan bronkodilator, baik dalam bentuk hirup (albuterol)
maupun tablet (theophylline). Pada kasus yang lebih berat bisa diberikan
corticosteroid.
PENCEGAHAN
Bissinosis bisa dicegah dengan
cara mengurangi kadar debu di dalam pabrik pengolahan tekstil melalui perbaikan
mesin atau sirkulasi udara
4.
Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit
saluran pernapasan yang disebabkan oleh debu batubara. Penyakit ini biasanya
dijumpai pada pekerja-pekerja tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang
banyak melibatkan penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur
besi, lokomotif (stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta
pekerja boiler pada pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.
Masa inkubasi penyakit ini antara 2 – 4
tahun. Seperti halnya penyakit silicosis dan juga penyakit-penyakit
pneumokonisosi lainnya, penyakit antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa
sesak napas. Karena pada debu batubara terkadang juga terdapat debu silikat
maka penyakit antrakosis juga sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila
hal ini terjadi maka penyakitnya disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis
ada tiga macam, yaitu penyakit antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan
penyakit tuberkolosilikoantrakosis.
Penyakit antrakosis murni disebabkan debu
batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi berat,
dan relatif tidak begitu berbahaya. Penyakit antrakosis menjadi berat bila
disertai dengan komplikasi atau emphysema yang memungkinkan terjadinya
kematian. Kalau terjadi emphysema maka antrakosis murni lebih berat daripada
silikoantraksosis yang relatif jarang diikuti oleh emphysema. Sebenarnya antara
antrakosis murni dan silikoantraksosi sulit dibedakan, kecuali dari sumber
penyebabnya. Sedangkan paenyakit tuberkolosilikoantrakosis lebih mudah
dibedakan dengan kedua penyakit antrakosis lainnya. Perbedaan ini mudah dilihat
dari fototorak yang menunjukkan kelainan pada paru-paru akibat adanya
debu batubara dan debu silikat, serta juga adanya baksil tuberculosis yang
menyerang paru-paru.
PENYEBAB
Paru-paru hitam merupakan
akibat dari terhirupnya serbuk batubara dalam jangka waktu yang lama. Merokok
tidak menyebabkan meningkatnya angka kejadian paru-paru hitam, tetapi bisa
memberikan efek tambahan yang berbahaya bagi paru-paru.
Resiko menderita paru-paru hitam berhubungan dengan lamanya dan luasnya pemaparan terhadap debu batubara. Kebanyakan pekerja yang terkena berusia lebih dari 50 tahun. Penyakit ini ditemukan pada 6 dari 100.000 orang.
GEJALA
Resiko menderita paru-paru hitam berhubungan dengan lamanya dan luasnya pemaparan terhadap debu batubara. Kebanyakan pekerja yang terkena berusia lebih dari 50 tahun. Penyakit ini ditemukan pada 6 dari 100.000 orang.
GEJALA
Paru-paru hitam simplek
biasanya tidak menimbulkan gejala. Tetapi banyak penderita yang mengalami batuk
menahun dan mudah sesak nafas karena mereka juga menderita emfisema (karena
merokok) atau bronkitis (karena merokok atau terpapar polutan industri toksik
lainnya). Fibrosis masif progresif yang berat juga menyebabkan batuk dan sesak
nafas.
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan
berdasarkan hasil pemeriksaan rontgen dada dan tes fungsi paru-paru.
PENGOBATAN
PENGOBATAN
Tidak ada pengobatan khusus
untuk penyakit ini, selain untuk mengobati komplikasinya (gagal jantung kanan
atau tuberkulosis paru).
Jika terjadi gangguan pernafasan, maka diberikan bronkodilator dan ekspektoran.
Dianjurkan untuk menghindari pemaparan lebih lanjut.
Jika terjadi gangguan pernafasan, maka diberikan bronkodilator dan ekspektoran.
Dianjurkan untuk menghindari pemaparan lebih lanjut.
PENCEGAHAN
Paru-paru hitam dapat dicegah
dengan menghindari debu batubara pada lingkungan kerja. Pekerja tambang batubara
harus menjalani pemeriksaan foto dada tiap 4-5 tahun sehingga penyakit ini
dapat ditemukan pada stadium awal.
Jika ditemukan penyakit, maka pekerja tersebut harus dipindahkan ke daerah dimana kadar debu batubaranya rendah, untuk menghindari terjadinya fibrosis masif progresif.
Jika ditemukan penyakit, maka pekerja tersebut harus dipindahkan ke daerah dimana kadar debu batubaranya rendah, untuk menghindari terjadinya fibrosis masif progresif.
5.
Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam
berilium, baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk
halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut
beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan
pneumonitis yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak
napas. Penyakit beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang
menggunakan logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen,
pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang
industri nuklir.
Selain dari itu, pekerja-pekerja yang
banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga
menyebabkan penyakit beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis
yang disebut juga dengan beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5
tahun setelah berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut.
Jadi lima tahun setelah pekerja tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang
mengandung debu logam tersebut, penyakit beriliosis mungkin saja timbul.
Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan
sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi
pekerja-pekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam
tersebut perlu dilaksanakan terus – menerus.
PENYEBAB
Pemaparan berilium terutama
terjadi melalui penghirupan asap atau debu berilium dan kontak langsung melalui
kulit yang terluka. Menghirup berilium (Be) bisa menyebabkan 2 gejala
paru-paru, yaitu pneumonitis kimia akut dan penyakit paru granulomatosa yang
disebut penyakit berilium kronis atau beriliosis.
Pada penyakit berilium akut,
logam ini bertindak sebagai iritan kimia langsung, yang menyebabkan suatu
reaksi peradangan non-spesifik. Dengan semakin meningkatnya higienis dalam
bidang industri, pada saat ini penyakit berilium akut sudah menghilang. Beriliosis
masih ditemukan di industri pengolahan berilium, dimana para pekerjanya
terpapar oleh asap atau debu berilium.
Beriliosis berbeda dari
penyakit akibat pekerjaan lainnya dimana masalah paru-paru hanya timbul pada
orang yang sensitif terhadap berillium, yaitu sekitar 2% dari mereka yang
kontak dengan berillium. Penyakit ini dapat muncul bahkan pada mereka yang
terpapar berillium dalam waktu yang singkat dan gejalanya baru timbul setelah
10-20 tahun.
GEJALA
Penderita pneumonitis kimia
akut, akan mengalami batuk, gangguan pernafasan dan penurunan berat badan
secara tiba-tiba. Bentuk yang akut juga dapat mengenai kulit dan mata.
Pada beriliosis terbentuk
jaringan abnormal pada paru-paru yang disertai dengan pembesaran kelenjar getah
bening. Pada keadaan ini, gejala-gejala seperti batuk, ganggauan pernafasan dan
penurunan berat badan terjadi secara bertahap.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- nyeri dada
- nyeri sendi
- lelah.
DIAGNOSA
Untuk menegakkan diagnosis beriliosis, harus memenuhi 3 kriteria berikut:
·
adanya
riwayat pemaparan berilium hasil positif dari pemeriksaan BeLPT (beryllium
lymphocyte proliferation test) terhadap darah atau BAL (bronchoalveolar lavage)
·
adanya
granuloma non-kaseosa pada biopsi paru.
Jika hasil BeLPT positif tetapi hasil biopsinya negatif, maka tidak dikatakan menderita beriliosis, hanya dikatakan telah tersensitisasi oleh berilium.
Jika hasil BeLPT positif tetapi hasil biopsinya negatif, maka tidak dikatakan menderita beriliosis, hanya dikatakan telah tersensitisasi oleh berilium.
PENGOBATAN
Indikasi dilakukannya pengobatan didasarkan kepada:
Indikasi dilakukannya pengobatan didasarkan kepada:
adanya gejala hasil tes fungsi
paru yang abnormal penurunan fungsi paru. Jika kriteria tersebut tidak
terpenuhi, maka tidak perlu dilakukan pengobatan.
Pengobatan terpilih adalah
corticosteroid. Belum ada kesepakatan mengenai dosis maupun lamanya pemberian
corticosteroid. Pada awalnya diberikan
prednisone per-oral (melalui mulut) dengan dosis 20-40 mg/hari selama 4-6
minggu, selanjutnya dosisnya diturunkan sesuai dengan respon klinis yang
terjadi.
6. Pneumonitis
Kimia
Pneumonitis
Kimia adalah peradangan paru-paru yang terjadi akibat menghirup gas
dan bahan kimia. Pneumonitis kimia akut
menyebabkan edema (pembengkakan jaringan paru) serta berkurangnya kemampuan
paru dalam menyerap oksigen dan membuang karbondioksida. Pada kasus yang berat,
bisa terjadi kematian karena jaringan paru mengalami kekurangan oksigen
(hipoksia).
Pneumonitis kimia kronis bisa
terjadi setelah pemaparan sejumlah kecil bahan yang mengiritasi paru, tetapi
berlangsung dalam waktu yang lama.
Hal tersebut menyebabkan peradangan dan bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut (fibrosis), yang ditandai dengan menurunnya pertukaran oksigen serta kekakuan jaringan paru. Jika tidak terkendali, pada akhirnya keadaan ini bisa menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian.
Hal tersebut menyebabkan peradangan dan bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut (fibrosis), yang ditandai dengan menurunnya pertukaran oksigen serta kekakuan jaringan paru. Jika tidak terkendali, pada akhirnya keadaan ini bisa menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian.
Penyakit silo filler terjadi akibat menghirup udara yang mengandung
nitrogen dioksida yang dihasilkan dari makanan ternak basah. Pada penyakit ini,
penimbunan cairan mungkin tidak akan terjadi dalam waktu 12 jam setelah
pemaparan.
Penyakit silo filler mungkin akan membaik dan muncul dalam waktu 10-14 hari kemudian. Bila berulang, cenderung mengenai saluran pernafasan kecil (bronkiolus).
PENYEBAB
Penyakit silo filler mungkin akan membaik dan muncul dalam waktu 10-14 hari kemudian. Bila berulang, cenderung mengenai saluran pernafasan kecil (bronkiolus).
PENYEBAB
Berbagai bahan kimia di dalam lingkungan rumah tangga dan industri bisa
menyebabkan peradangan pada paru-paru, baik yang sifatnya akut maupun kronis.
Gas seperti klorin dan amonia mudah larut dan dengan segera akan mengiritasi hidung, mulut dan tenggorokan. Jika gas terhirup dalam, maka bisa sampai di bagian bawah paru-paru. Klorin merupakan gas yang sangat iritatif. Pemaparan klorin pada konsentrasi yang berbahaya bisa terjadi di rumah (klorin terdapat dalam bahan pemutih pakaian), pada kecelakaan di pabrik atau di dekat kolam renang.
Gas seperti klorin dan amonia mudah larut dan dengan segera akan mengiritasi hidung, mulut dan tenggorokan. Jika gas terhirup dalam, maka bisa sampai di bagian bawah paru-paru. Klorin merupakan gas yang sangat iritatif. Pemaparan klorin pada konsentrasi yang berbahaya bisa terjadi di rumah (klorin terdapat dalam bahan pemutih pakaian), pada kecelakaan di pabrik atau di dekat kolam renang.
Gas radioaktif yang mungkin terlepas pada suatu kecelakaaan reaktor
nuklir, bisa menyebabkan kanker paru dan organ lainnya yang baru timbul
bertahun-tahun kemudian.
Beberapa gas (misalanya nitrogen dioksida) tidak mudah larut. Karenanya tidak akan tampak tanda-tanda awal dari pemaparan (seperti iritasi hidung dan mata) dan gas ini lebih mudah masuk ke dalam paru-paru
Beberapa gas (misalanya nitrogen dioksida) tidak mudah larut. Karenanya tidak akan tampak tanda-tanda awal dari pemaparan (seperti iritasi hidung dan mata) dan gas ini lebih mudah masuk ke dalam paru-paru
GEJALA
Gejala dari pneumonitis kimia akut:
- rasa aneh di dada (seperti
terbakar)
- gangguan pernafasan
- haus akan udara
- batuk
- suara pernfasan abnormal.
Gejala pada pneumonitis kronis:
- sesak nafas ketika melakukan
kegiatan ringan
- takipneu (pernafasan cepat)
- dengan/tanpa batuk.
DIAGNOSA
Untuk mengetahui beratnya kerusakan paru, dilakukan pemeriksaan berikut:
·
Rontgen
dada
·
Analisa
gas darah
·
Tes
fungsi paru.
PENGOBATAN
Pengobatan yang utama adalah pemberian oksigen. Jika kerusakan
paru-parunya bersifat berat, mungkin perlu dilakukan pemasangan alat pernafasan
mekanis. Diberikan obat-obatan yang membuka saluran pernafasan, cairan
intravena dan antibiotik. Untuk mengurangi peradangan paru, sering diberikan
corticosteroid (misalnya prednisone).
PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk mencegah pemaparan adalah berhat-hati saat menangani
gas dan bahan kimia. Sungkup muka (masker) yang memiliki persediaan udara
sendiri, harus tersedia saat terjadi kecelakaan. Petani harus mengetahui bahwa
pemaparan tak sengaja dari gas beracun di gudang tempat menyimpan makanan
ternak adalah berbahaya.
7. Asma Karena
Pekerjaan
Asma Karena Pekerjaan adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang
ditandai dengan serangan sesak nafas, bengek dan batuk, yang disebabkan oleh
berbagai bahan yang ditemui di tempat kerja.
Gejala-gejala tersebut biasanya timbul akibat kejang pada otot-otot yang
melapisi saluran udara, sehingga saluran udara menjadi sangat sempit.
PENYEBAB
Banyak bahan (alergen, penyebab terjadinya gejala) di tempat kerja yang
bisa menyebabkan asma karena pekerjaan. Yang paling sering adalah molekul
protein (debu kayu, debu gandum, bulu binatang, partikel jamur) atau bahan
kimia lainnya (terutama diisosianat). Angka yang pasti dari kejadian asma
karena pekerjaan tidak diketahui, tetapi diduga sekitar 2-20% asma di negara
industri merupakan asma karena pekerjaan.
·
Pekerja plastic
·
Pekerja logam
·
Pekerja pembakaran
·
Pekerja
penggilingan
·
Pekerja
pengangkut gandum
·
Pekerja
laboratorium
·
Pekerja
kayu
·
Pekerja
di pabrik obat
·
Pekerja
di pabrik deterjen.
GEJALA
Gejala biasanya timbul sesaat
setelah terpapar oleh alergen dan seringkali berkurang atau menghilang jika
penderita meninggalkan tempat kerjanya.
Gejala seringkali semakin memburuk selama hari kerja dan membaik pada akhir minggu atau hari libur. Beberapa penderita baru mengalami gejalanya dalam waktu 12 jam setelah terpapar oleh alergen.
Gejala seringkali semakin memburuk selama hari kerja dan membaik pada akhir minggu atau hari libur. Beberapa penderita baru mengalami gejalanya dalam waktu 12 jam setelah terpapar oleh alergen.
Gejalanya berupa:
·
sesak
nafas
·
bengek
·
batuk
·
merasakan
sesak di dada.
DIAGNOSA
Dalam riwayat
perjalanan penyakit, biasanya penderita merasakan gejala yang semakin memburuk
jika terpapar oleh alergen tertentu di lingkungan tempatnya bekerja.
Pada pemeriksaan dengan stetoskop akan terdengar bunyi wheezing (bengek, mengi).
Pada pemeriksaan dengan stetoskop akan terdengar bunyi wheezing (bengek, mengi).
Pemeriksaan lainnya yang biasa
dilakukan:
- Tes fungsi paru
- Pengukuran puncak laju aliran ekspirasi sebelum dan sesudah bekerja
- Rontgen dada
- Hitung jenis darah
- Tes provokasi bronkial (untuk mengukur reaksi terhadap alergen yang dicurigai)
- Tes darah untuk menemukan antibodi khusus.
PENGOBATAN
Pengobatan sama seperti jenis asma lainnya, yaitu diberikan bronkodilator
(obat yang membuka saluran pernafasan), baik dalam bentuk obat hirup (contohnya
albuterol) atau dalam bentuk tablet (contohnya theophylline). Untuk serangan
yang hebat, dapat diberikan corticosteroid (misalnya prednisone) per-oral
(melalui mulut) dalam jangka pendek. Untuk penanganan jangka panjang, lebih
baik diberikan corticosteroid dalam bentuk hirup.
PENCEGAHAN
Industri yang menggunakan zat-zat yang dapat menyebabkan asma, harus
mengkontrol debu dan udara, karena untuk menghilangkannya adalah suatu hal yang
mustahil.
Pekerja dengan asma yang berat, jika memungkinkan, harus mengganti pekerjaannya karena pemaparan yang terus menerus akan menjadikan asma bertambah berat dan bersifat menetap. Jika alergen/penyebabnya telah diketahui, untuk mencegah terjadinya gejala, sebaiknya penderita menghindari alergen tersebut.
Pekerja dengan asma yang berat, jika memungkinkan, harus mengganti pekerjaannya karena pemaparan yang terus menerus akan menjadikan asma bertambah berat dan bersifat menetap. Jika alergen/penyebabnya telah diketahui, untuk mencegah terjadinya gejala, sebaiknya penderita menghindari alergen tersebut.
8. Pneumonitis
Hipersensitivitas (Pneumonitis Interstisial Alergika)
Pneumonitis Hipersensitivitas (Alveolitis Alergika Ekstrinsik,
Pneumonitis Interstisial Alergika, Pneumokoniosis Debu Organik) adalah suatu
peradangan paru yang terjadi akibat reaksi alergi terhadap alergen (bahan
asing) yang terhirup.
Alergen bisa berupa debu organik atau bahan kimia (lebih jarang).
Debu organik bisa berasal dari hewan, jamur atau tumbuhan.
Debu organik bisa berasal dari hewan, jamur atau tumbuhan.
PENYEBAB
Pneumonitis hipersensitivitas biasanya merupakan penyakit akibat
pekerjaan, dimana terjadi pemaparan terhadap debu organik ataupun jamur, yang
menyebabkan penyakit paru akut maupun kronik. Pemaparan juga bisa terjadi di
rumah, yaitu dari jamur yang tumbuh dalam alat pelembab udara, sistem pemanas
maupun AC.
Penyakit akut bisa terjadi dalam waktu 4-6 jam setelah pemaparan, yaitu
pada saat penderita keluar dari daerah tempat ditemukannya alergen. Penyakit
kronik disertai perubahan pada foto rontgen dada bisa terjadi pada pemaparan
jangka panjang. Penyakit kronik bisa menyebabkan terjadinya fibrosis paru
(pembentukan jaringan parut pada paru). Contoh dari pneumonitis hipersensitivitas
yang paling terkenal adalah paru-paru
petani (farmer's lung), yang terjadi sebagai akibat menghirup bakteri
termofilik di gudang tempat penyimpanan jerami secara berulang. Hanya sebagian
kecil orang yang menghirup debu tersebut yang akan mengalami reaksi alergi dan
hanya sedikit dari orang yang mengalami reaksi alergi, yang akan menderita
kerusakan paru-paru yang menetap. Secara umum, untuk terjadinya sensitivitas
dan penyakit ini, pemaparan terhadap alergen harus terjadi secara terus menerus
dan sering.
Penyebab Pneumonitis
Hipersensitivitas
Penyakit
|
Sumber Partikel Debu
|
Paru-paru petani
|
Jerami yang berjamur
|
Paru-paru pemelihara burung
Paru-paru peternak burung dara Paru-paru pemelihara ayam betina |
Kotoran betet, burung dara, ayam
|
Paru-paru penyejuk ruangan
|
Pelembab udara, penyejuk ruangan
|
Bagassosis
|
Limbah tebu
|
Paru-paru pekerja jamur
|
Pupuk jamur
|
Paru-paru pekerja gabus
(Suberosis) |
Gabus yang berjamur
|
Penyakit kayu maple
|
Kayu maple yang berjamur
|
Paru-paru pekerja gandum
|
Gandum yang berjamur
|
Sequoiosis
|
Debu kayu merah yang berjamur
|
Paru-paru pekerja keju
|
Keju yang berjamur
|
Penyakit kumbang gandum
|
Tepung gandum yang terinfeksi
|
Paru-paru pekerja kopi
|
Biji kopi
|
Paru-paru pekerja atap
|
Serabut atau tali yang digunakan untuk
atap
|
Paru-paru pekerja kimia
|
Bahan kimia yang digunakan untuk membuat serabut busa poliuretan,
penyekatan, molding, karet tiruan dan bahan pembungkus
|
GEJALA
Gejala dari pneumonitis hipersensitivitas akut:
- batuk
- demam
- menggigil
- sesak
- nafas
- merasa
tidak enak badan.
Gejala pneumonitis hipersensitivitas kronis:
- sesak
nafas, terutama ketika melakukan kegiatan
- batuk
kering
- nafsu
makan berkurang
- penurunan
berat badan.
DIAGNOSA
Pada pemeriksaan dengan stetoskop, terdengar suara pernafasan ronki.
Pada pemeriksaan dengan stetoskop, terdengar suara pernafasan ronki.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
- Rontgen
dada
- Tes
fungsi paru
- Hitung
jenis darah
- Pemeriksaan
antibodi
- Presipitan
aspergillus
- CAT scan
dada resolusi tinggi
- Bronkoskopi
disertai pencucian atau biopsi transtrakeal.
PENGOBATAN
Pneumonitis hipersensitvitas
episode akut, biasanya akan sembuh jika kontak yang lebih jauh dengan alergen
dihindari. Bila terjadi penyakit yang lebih berat, untuk mengurangi gejala dan
membantu mengurangi peradangan yang lebih berat, bisa diberikan corticosteroid
(misalnya prednisone). Episode berkelanjutan
atau berulang bisa mengarah ke terjadinya penyakit yang menetap. Fungsi
paru-paru bisa semakin memburuk sehingga perlu diberikan terapi oksigen
tambahan.
PENCEGAHAN
Pencegahan terbaik adalah
menghindari pemaparan terhadap alergen, yaitu dengan cara
- Berganti
pekerjaan.
- Meniadakan
atau mengurangi debu atau menggunakan masker pelindung bisa membantu
mencegah berulangnya penyakit.
- Menangani
limbah jerami secara kimiawi dan menggunakan sistem ventilasi yang baik,
membantu mencegah pemaparan dan sensitisasi pekerja terhadap bahan-bahan
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Berilliosis-beryllium-disease. [online]. http://cariobat.blogspot.com/2010/08/berilliosis-beryllium-disease.html
. (31 Agustus
2010)
Anonim. 2010. Asbestosis. [online]. http://id.wikipedia.org/wiki/Asbestosis
(31 Agustus 2010)
Anonym. 2010.Antrakosis. [online]. http://id.wordpress.com/tag/antrakosis/
(31 Agustus 2010.
Anonym. 2010.
Bissinosis-byssinosis-penyakit-paru.
[online]. http://cariobat.blogspot.com/2010/08/bissinosis-byssinosis-penyakit-paru.html ( 31 Agustus 2010)
Anonim. 2010. Paru-paru-hitam-penyakit-pekerja. [online]. http://cariobat.blogspot.com/2010/08/paru-paru-hitam-penyakit-pekerja.html
( 31 Agustus 2010)
Anonim. 2010. Pneumonitis-kimia. [online]. http://cariobat.blogspot.com/2010/08/pneumonitis-kimia.htm
(31 Agustus 2010)
Anonym. 2010. Asma-karena-pekerjaan.[online]. http://cariobat.blogspot.com/2010/08/asma-karena-pekerjaan.html
(31 Agustus 2010)
Anonym. 2010. Pneumonitis-hipersensitivitas.[online]. http://cariobat.blogspot.com/2010/08/pneumonitis-hipersensitivitas.html (31 Agustus 2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar